Pudunan berasal dari kata mudun (bahasa Jawa) yang berarti turun. Maksudnya bahwa, Ramadhan sudah berada di penghujung bulan, perlu disambut dengan iman yang harus lebih ditingkatkan lagi. Pudunan ini bertujuan untuk mengingatkan para umat muslim bahwa Ramadhan akan segera berakhir. Biasanya, pudunan diadakan di masjid atau mushola dengan diikuti oleh warga sekitar untuk melakukan pembacaan tahlil dan doa, diakhiri dengan selamatan. Pudunan ini merupakan rangkaian tradisi dari mulai punggahan, posonan, dan diakhiri dengan pudunan.
Kekhasan kegiatan pudunan di Dusun Watulawang, Desa Kedungboto sangat mudah diketahui dari hidangan wajib yang disediakan di setiap acara punggahan dan pudunan yaitu apem, pasung, gedang (pisang) dan ketan. Namun, hidangan-hidangan lain pun tetap disediakan. Kekhasan inilah yang menjadikan tradisi pudunan juga populer dengan sebutan apeman.
Tradisi pudunan ini juga bermakna mengingatkan kaum muslimin muslimat bahwa di akhir Ramadhan harusnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan cara memperbanyak amal kebaikan dan ibadah, bukannya hanya disibukkan kegiatan menyambut lebaran.
Di Dusun Watulawang, tradisi punggahan masih dilestarikan. Seperti halnya pada Sabtu malam Minggu, 15 April 2023, warga Dusun Watulawang menyelenggarakan Pudunan di Masjid Al Hidayah. Selain pembacaan tahlil, masyarakat yang melakukan pudunan juga berdoa agar dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan antara lain sholat tarawih, tadarus, iktikaf, bersedekah, iktikaf dan amal kebaikan lainnya mendapatkan ganjaran dari Allah SWT serta agar mendapatkan kesempatan bertemu malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan, malam yang penuh kemuliaan.
Kontributor:
Sudiyono, Kaur Umum Desa Kedungboto
Dipost : 15 April 2023 | Dilihat : 1597
Share :