Syawalan atau Bakdo Kupat adalah tradisi lebaran masyarakat Jawa yang biasanya digelar pada 7 hari atau satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Karena dilangsungkan pada bulan Syawal, bulan ke-10 dalam penanggalan Hijriyah, disebutlah Syawalan. Tradisi ini sudah umum dilakukan di mana-mana dari yang hanya berupa selamatan sederhana sampai dengan yang dimeriahkan dengan festival seni budaya.
Disebut Bakdo Kupat karena hidangan khas di hari lebaran masyarakat Jawa adalah kupat atau ketupat. Ini merupakan simbol persatuan dalam keberagaman masyarakat.
Baca: Filosofi Ketupat
Sejatinya Syawalan dirayakan sebagai wujud syukur berakhirnya puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal. Namun di beberapa tempat terjadi kekaprahan dimana perayaan Syawalan justru dilakukan sejak pagi hari di hari ke-7 bulan Syawal dimana pada waktu itu belum selesai melakukan puasa 6 hari. Berbeda dengan tradisi yang diuri-uri di pedesaan yang merayakan Syawalan dengan sederhana, tradisi selamatan Syawal dilakukan di waktu pagi di hari ke-8 bulan Syawal. Ini sudah benar karena di hari ke-8 kaum muslimin sudah selesai melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal.
Terlepas dari kontroversi di atas, di Kabupaten Kendal ada dua tempat yang merayakan Syawalan dengan sangat meriah.
Yang pertama, Syawalan di Kaliwungu.
Dikutip dari berbagai sumber, secara singkat pada awalnya tradisi Syawalan di Kaliwungu dilakukan oleh para santri KH Asyari atau Mbah Kyai Guru, seorang ulama besar di Kaliwungu di era 1700an. Para santri tersebut memperingati haul KH Asy’ari dengan cara menziarahi makam beliau yang terletak di Bukit Jabal, Protomulyo, Kaliwungu setiap tanggal 8 Syawal.
Rutinitas tradisi yang dilakukan selama puluhan tahun tersebut menjadikan Syawalan semakin hari semakin ramai. Para peziarah pun tidak hanya ke makam Kyai Guru saja namun juga melakukan ziarah ke makam ulama-ulama di Kaliwungu dan tokoh-tokoh sejarah Kaliwungu. Walaupun kegiatan inti masih tetap diuri-uri, keramaian peziarah menjadikan Syawalan akhirnya juga dimeriahkan dengan berbagai event ekonomi dan budaya.
Foto dari Mercusuar.Co: Sekretaris Daerah Kabupaten Kendal, Ir. Sugiono, M.T menghadiri acara Haul KH. Asy’ari Kyai Guru Kaliwungu 1444 Hijriah sekaligus membuka acara tradisi syawalan di Kompleks Makam KH. Asy’ari Desa Protomulyo Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Kamis (27/4/2023)
Yang kedua, Syawalan di Boja.
Syawalan di Desa Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal tak kalah ramai dengan Syawalan di Kaliwungu. Di Boja, syawalan diperingati dengan berziarah ke makam Nyai Pandansari atau juga dikenal dengan nama Nyai Dapu. Beliau adalah tokoh yang bubak yasa atau membuka Desa Boja. Syawalan di Boja secara rutin dimeriahkan dengan kirab budaya, pagelaran wayang kulit, dan festival seni. Dalam kirab budaya ini, ada seorang pemeran tokoh Nyai Pandansari yang naik kuda berkeliling Desa Boja.
Pada tahun 2023 ini, event Syawalan digabung dengan Merti Desa Boja sehingga lebih meriah. Adapun kegiatan-kegiatan dalam Syawalan dan Merti Desa Boja adalah sebagai berikut:
-Jum'at, 28 April 2023 jam 07:00; Tasyakuran dan ziarah makam Nyi Pandansari ( Nyai Dapu).
-Jum'at, 28 April 2023 jam 13:00; Kirab Budaya dengan rute Lapangan Ngadibolo - Jalan Pahlawan - Pasar Boja - Jalan Pemuda - Makam Nyi Pandansari.
-Sabtu, 29 April 2023 jam 14:00; Pagelaran Wayang Kulit di Halaman Balai Desa Boja dengan Dalang Ki Gondo Wartoyo dimeriahkan Lawak Cah Yudho dan Cak Pete.
Berikut ini cuplikan video Kirab Budaya Syawalan di Boja pada Jum'at, 28 April 2023: (foto dan video dari Eryan Pratama, Pengurus Karang Taruna Desa Boja)
Dipost : 29 April 2023 | Dilihat : 4645
Share :