Salah satu tradisi di masyarakat kita yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia adalah dengan mengadakan tahlilan. Tradisi tahlilan biasanya dilakukan pada malam pertama setelah seseorang meninggal dunia dan pada malam-malam tertentu setelah itu, seperti pada hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah kematian. Biasa disebut dengan istilah mitung ndino, matangpuluh, nyatus, dan nyewu.
Di masing-masing daerah ada kekhasan sendiri-sendiri dalam penyelenggaraan tahlilan. Hal tersebut karena selain tahlilan yang berupa dzikir dan pembacaan doa-doa yang dikhususkan untuk arwah juga ada tradisi lain misalnya acara makan bersama setelah tahlilan selesai dilaksanakan.
Pekan lalu di Dusun Semanding ada yang meninggal dunia yaitu ibu mertua Kepala Dusun Semanding Supiani. Oleh karena itu, pada Jum'at malam 31 Maret yang baru lalu, diselenggarakan tahlilan 7 hari guna mendoakan almarhumah. Tradisi di Dusun Semanding, setelah pembacaan tahlil, dzikir, dan doa-doa, dihidangkan makanan khas pedesaan yang dinikmati bersama setelah acara tahlilan usai.
Dalam tahlilan ini selain mendoakan almarhumah dan ungkapan belasungkawa kepada keluarga, juga menjadi sarana silaturahmi, mengeratkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan antarwarga karena yang hadir dalam tahlilan ini tidak hanya warga Dusun Semanding melainkan juga keluarga dari dusun lain dan perangkat desa.
Kontributor:
Mistari, Kepala Dusun Jingkol
Dipost : 02 April 2023 | Dilihat : 4437
Share :