Kedungboto - Sejarah Dusun-Dusun di Desa Kedungboto

Sejarah Dusun-Dusun di Desa Kedungboto

Masih dalam rangka penelusuran sejarah Desa Kedungboto, pada buku Mengenal Desa Kedungboto terbitan tahun 1985 halaman 45-47 dituliskan sejarah dusun-dusun yang ada di Desa Kedungboto. Pada bagian sejarah dalam buku tersebut, penulisannya pun diakui tidak berdasarkan sumber sejarah yang valid secara ilmiah;

"__hal ini kami sendiri belum begitu meyakinkan sebab amat sukar memperoleh legenda yang kongkrit" [Mengenal Desa Kedungboto hal:45].

Namun, setidaknya dari kumpulan cerita-cerita tertulis dan tak tertulis yang bersimpang siur, kelak akan ada satu versi yang disepakati bersama oleh masyarakat Desa Kedungboto yang akan diturunkan kepada anak-cucu nanti.

Berikut kutipan sebagaimana aslinya dari buku Mengenal Desa Kedungboto mengenai sejarah dusun-dusun. Sebagai catatan, pada masa itu sebutan dusun adalah padukuhan atau dukuh:

"Hanya sedikit-sedikit ceritera mengenai terjadinya dukuh-dukuh dan dengan pepunden pesareannya di tiap dukuh. Seperti antara lain.

1. Terjadinya dukuh Biting.
Pada jaman dahulu ada seorang benggol yang amat sakti dan mbalelo dan lari dikejar-kejar dan bersembunyi dan disitulah lalu mereka bertempat-tinggal dengan bersabda : Yah kami telah bersembunyi seperti biting dalam daun akan tetapi masih saja ketemu maka awaslah sampai kami menjadi pesare tidak akan mau dijenguk oleh aparat pemerintah terlebih-lebih lurah. Maka dari itu sampai sekarang lurah tidak berani masuk ke pesarean Biting. [Mengenal Desa Kedungboto hal:45]

2. Dukuh Kedungboto
Dukuh Kedungboto kecuali ada kedung yang di pinggirnya banyak batu seperti boto juga ada pepunden Nyai Kendil Wesi atau Nyai Wayuh, Jadi disitu katanya dulu tinggallah seorang putri kerajaan yang diwayuh dan pergi maka didukuh situlah mereka bertempat tinggal dan mereka bersabda : bahwa anak cucu kelak jangan sampai ada yang wayuh terlebih-lebih yang mendapatkan kedudukan dalam masyarakat.

3. Dukuh Semanding
Di dukuh itu punya pepunden Kyai Wonopati yaitu menurut ceriteranya mereka juga seorang yang sakti dan mendirikan dukuh yang tadinya hutan yang wingit, dan hutan itu banyak membawa kematian siapa saja yang menempatinya. Akan tetapi setelah Kyai Wonopati menempati dukuh itu maka hutan itu menjadi jinak dan dapat dihuni oleh manusia.

4. Dukuh Watulawang
Juga conon ceritera misterinya kecuali akan dibuat kerajaan tempat itu masih mengalir S.Putih. Maka setelah gagal maka ada seorang yang sakti pada masa itu maka sungai itu dibendungnya sehingga menjadi daratan. Maka sampai sekarang pepunden dukuh itu disebut Kyai Bendung. [Mengenal Desa Kedungboto hal:46]

5. Dukuh Deles
Dukuh Deles ini menurut ceriteranya Kyai Sajiman orang ini datang dari dukuh Watulawang. Akan tetapi yang dipetak di Deles adalah garwo selir. Dan Kyai ini mungkin di Watulawang yang disebut Kyai Bendung. Menurut legenda ceritera Kyai Sajiman itu dulunya adalah lurah/demang.
Jadi tidak mengherankan bahwa dukuh Watulawang ini telah ada penghuninya mulai jaman kerajaan dulu.

6. Dukuh Jingkol
Dukuh Jingkol ini hanyalah perkembangan dari dukuh Semanding yang jaraknya kira-kira tidak begitu jauh hanya 1 Km saja.
Maka dari itu mengenai pepundennya sebagian besar menganut dukuh Semanding ini.
Dukuh ini terleak di perbatasan desa dan juga terletak diperbatasan Kab. Kendal - Temanggung. Hanya dibatasi dengan sungai Bono yang sebagan masuk darah Kedungboto.

7. Dukuh Gedeg
Dukuh ini perkembangan dari dukuh Biting. [Mengenal Desa Kedungboto hal:47]"

Beberapa informasi dalam buku Mengenal Desa Kedungboto berbeda dengan cerita yang beredar saat ini. Contohnya adalah:
1. Kendil Wesi dalam buku tersebut adalah seorang "nyai", sedangkan pada bagian lain web ini pada artikel sadranan Dusun Kedungboto, Kendil Wesi adalah seorang "kyai". Dalam buku tersebut Nyai Kendil Wesi mempunyai nama alias adalah Nyai Wayuh/Wayoh. Jadi  Nyai Kendil Wesi da Nyai Wayuh adalah satu orang.  Sedangkan yang dipercayai masyarakat sekarang adalah dua orang yang berbeda, walaupun hanya ada satu petilasan makam saja sedangkan yang satunya berupa petilasan pesanggrahan.
2. Masyarakat Dusun Jingkol mempercayai bahwa pepunden mereka adalah Simbah Roko Rayi, namun dalam buku tersebut tidak diceritakan. Demikian pula dengan keberadaan makam pepunden Simbah Kyai Setro yang disadrani masyarakat Dusun Semanding selain Simbah Kyai Wonopati, dalam buku tersebut tidak diceritakan.
3. Pepunden Dusun Watulawang yaitu Simbah Kyai Bendung atau Simbah Kyai Gendung atau Simbah Kyai Kodal yang dipercayai mempunyai nama asli Kyai Wiro Tenoyo, pada buku tersebut hanya disebutkan satu nama yakni Kyai Bendung.
4. Dalam buku tersebut diperkirakan Kyai Sajiman adalah Kyai Bendung, namun yang dipercayai saat ini mereka adalah orang yang berbeda.

Semoga melalui penelusuran sejarah ini akan diketemukan cerita sejarah yang sebenarnya yang kelak diturunkan kepada generasi penerus di Desa Kedungboto. Sejarah adalah pengetahuan yang penting karena memainkan peran kunci dalam membentuk identitas individu, masyarakat, dan bahkan bangsa. JAS MERAH, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Demikian kalimat masyhur dari Proklamator Republik Indonesia, Soekarno.


Dipost : 26 Maret 2023 | Dilihat : 790

Share :