Kedungboto - Tradisi Tahlilan 7 Hari, 40 Hari, 100 Hari, 1000 Hari

Tradisi Tahlilan 7 Hari, 40 Hari, 100 Hari, 1000 Hari

Tahlilan adalah tradisi Islam yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Tradisi tahlilan biasanya dilakukan pada malam pertama setelah seseorang meninggal dunia dan pada malam-malam tertentu setelah itu, seperti pada hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah kematian. Biasa disebut dengan istilah mitung ndino, matangpuluh, nyatus, dan nyewu.

Pada malam pertama, tahlilan biasanya dihadiri oleh keluarga dan tetangga yang berkumpul di rumah almarhum. Selama acara tahlilan, biasanya dibacakan doa-doa dan ayat-ayat Al-Quran untuk memohon ampun dan rahmat Allah SWT. Selain itu, tahlilan juga sering diisi dengan pembacaan sholawat dan dzikir untuk menguatkan iman dan mendekatkan diri pada Allah.

Pada hari ke-7 setelah kematian, tahlilan biasanya dilakukan kembali dengan tujuan untuk memberikan penghormatan terakhir dan memperkuat iman keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, tahlilan hari ke-7 juga dianggap sebagai hari yang penting dalam mempersiapkan almarhum untuk menghadap kepada Allah SWT.

Pada hari ke-40 setelah kematian, tahlilan biasanya dilakukan lagi untuk menandai berakhirnya masa berkabung yang dianggap sebagai waktu yang paling berat bagi keluarga yang ditinggalkan.

Pada hari ke-100 setelah kematian, tahlilan kembali dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir dan untuk mengenang almarhum. Pada hari ini, keluarga biasanya mengumpulkan orang-orang yang terkait dengan almarhum untuk melakukan tahlilan bersama-sama.

Sedangkan pada hari ke-1000 setelah kematian, tahlilan biasanya dilakukan oleh keturunan atau keluarga terdekat yang masih hidup sebagai bentuk penghormatan dan pengenangan terhadap almarhum.

Di antara nyatus dan nyewu biasanya juga dilakukan tahlilan mendhak pisan dan mendhak pindho yakni peringatan setahun kematian dan dua tahun kematian.

Pekan lalu dua warga Dusun Watulawang meninggal dunia, yakni Bapak Rohmin dan Bapak Ponidi. Hanya selisih kurang dari satu hari. Maka pada Senin malam 6 Maret 2023 di rumah shohibul musibah yakni keluarga Bapak Siyamin dan Bapak Waliyadi diselenggarakan tahlilan 7 hari meninggalnya almarhum. Tak lupa dalam acara tahlilan juga dihidangkan aneka makanan khas pedesaan untuk menambah guyub rukun silaturahmi warga.

Kontributor:
Wiwik Nuryani, Kepala Dusun Watulawang


Dipost : 07 Maret 2023 | Dilihat : 220602

Share :